![]() |
| Foto Bersama Pasca Simposium Kaderisasi di Sekretariat PC PMII Probolinggo (Foto: Ahmad Rifa'i/Anona Pers) |
Probolinggo, Anona - Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Probolinggo kembali menggelar Simposium Kaderisasi yang ketiga kalinya, bertempat di Sekretaris PC PMII Probolinggo, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo. Pada Selasa (18/02/25).
Acara tersebut, dihadiri Dr. Ainul
Yakin sebagai pemantik, Ketua Umum PC PMII Probolinggo, Abdur Rozak, Ketua
Kopri PC PMII Probolinggo, Emi Badriatul Rif’ah, dan kader PMII Probolinggo dari
setiap perwakilan komisariat.
Dalam sambutannya, Ketua Umum
PC PMII Probolinggo, Abdur Rozak mengatakan bahwa dinamika kaderisasi PMII
selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman. Menurutnya, kader
PMII perlu merumuskan ulang pola kaderisasi, bertujuan tetap relevan dan sesuai
dengan kebutuhan kader.
“Kaderisasi PMII tidak bisa
stagnan, karena tantangan dan kebutuhan zaman yang terus berkembang. Kita
sebagai kader, harus mampu menyesuaikan pola kaderisasi agar relevan dan mampu
mencetak kader-kader yang kompeten serta berdaya saing,” katanya.
Rozak mengajak kepada seluruh
kader PMII Probolinggo untuk lebih aktif lagi dalam merumuskan konsep
kaderisasi sesuai kebutuhannya. Disampaikan oleh pria kelahiran Sumenep itu
bahwa kader PMII harus tetap semangat dalam membangun intelektualitas dan
berkepribadian muslim.
“Dengan perubahan yang dinamis
ini, kader PMII tidak hanya memiliki wawasan kebangsaan dan ke-Islamaan saja.
Tetapi juga mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman, demi kemajuan
organisasi dan masyarakat,” ucapnya.
Abdur Rahmad sebagai Sekretaris
1 Bidang Internal dan Kaderisasi PC PMII Probolinggo mengatakan bahwa adanya Simposium
Kaderisasi yang ketiga kalinya ini tidak lepas dari ikhtiar untuk terus
memberikan support terbaik kepada setiap kadernya, utamnya pengurus komisariat
dan rayon.
“Kaderisasi PMII mengikhtiarkan
untuk selalu dinamis, sehingga bagi saya, hari ini kita harus sellau merespon
cepat terhadap segala permasalahan utamanya yang mengancam masa depan
organisasi,” katanya.
Rahmad kemudian melanjutkan
bahwa kaderisasi harus benar-benar menjadi yang utama untuk memastikan PMII
mampu survive terhadap segala tantangannya.
“Mari kita bersama-sama
memastikan bahwa kaderisasi yang massif dan garda terdepan ini mampu kita
maksimalkan, yang mampu memfasilitasi dan mendorong terbangunnya konektivitas
antar kader yang tidak dibatasi oleh batas teritorial dan jenjang institusi,
sehingga semuanya bisa berkontribusi. Tentu, modalnya juga setiap kader
memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif,” tambahnya.
Selanjutnya, Ainul Yakin,
menjelaskan bahwa bagi kader PMII yang hanya ikut-ikutan dalam berorganisasi
tanpa adanya keseriusan, akan menjadi instrumental atau tidak memiliki nilai
yang berarti. Di sisi lain, menurutnya, organisasi PMII memiliki tujuan besar
dalam membentuk kader yang berintegritas, dan memiliki kontribusi nyata bagi
organisasi maupun masyarakat.
“Jika ada kader hanya
bergabung tanpa komitmen yang kuat, maka kader itu tidak akan mendapatkan
manfaat, dari proses kaderisasi yang telah dirancang untuk membentuk karakter
dan intelektulitasnya. Ingat, PMII bukan organisasi tempat berkumpul, tetapi
wadah pembentukan karakter, intelektual, dan kepemimpinan,” jelasnya, selaku Alumnus
PMII Probolinggo.
Disampaikan olehnya bahwa
menjadi Pengurus PMII setidaknya memiliki 5 modal yang perlu terus digencarkan.
“Kader PMII itu ya, harus punya
rasa kepemilikan yang tinggi, punya inovasi atau terobosan baru, memiliki
refleksi tersendiri terhadap keberadaanya di organisasi, punya nalar kritis,
dan yang terakhir bisa mengupgrade diri,” tegasnya.
Di akhir penyampaiannya, Ainul
Yakin menekankan bahwa kader PMII harus selalu berefleksi agar dapat membentuk
kesadaran kolektif dalam organisasi, bukan hanya kesadaran individu. Karena
refleksi menjadi langkah penting dalam memahami peran dan tanggung jawab kader.
“Kader PMII harus mampu
mengevaluasi diri dan memahami bahwa perjuangan dalam organisasi ini bukanlah
untuk kepentingan pribadi, tetapi kepentingan bersama dan maju bersama,”
pungkasnya.
Pewarta: Ahmad Rifa'i
